#JogjaTrip: Merapi Lava Tour
8:00 AM
Assalamualaikum!
Kembali lagi di blog post #JogjaTrip, yaitu cerita jalan-jalan saya di sekitar Yogyakarta. Seperti biasa, saya akan berbagi cerita mengenai destinasi wisata, kuliner, & tempat menarik lainnya dari sudut pandang saya sendiri. Untuk cerita #JogjaTrip saya sebelumnya, bisa dilihat di sini.
Kali ini saya akan berbagi pengalaman saya saat mencoba salah satu jenis pariwisata di daerah lereng Gunung Merapi, khususnya pasca terjadinya erupsi merapi pada tahun 2010 lalu. Bisa tebak apa yang saya coba? Ya betul, Merapi Lava Tour!
Masih ingat kan dengan peristiwa erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010? Bencana alam yang mengakibatkan banyak korban jiwa maupun harta benda dari para penduduk yang tinggal di sekitar lereng Gunung Merapi. Banyak duka yang dirasakan & tidak sedikit penduduk yang kehilangan pekerjaannya (yang mayoritas sebagai petani atau peternak sapi).
Namun seiring berjalannya waktu, para penduduk tersebut mulai bangkit untuk menghidupi keluarganya serta mengembalikan daya tarik dari keindahan Merapi. Salah satunya adalah dengan dibentuknya "Merapi Lava Tour" sebagai salah satu kegiatan pariwisata yang ada di sekitar lereng Gunung Merapi.
Saya mengikuti Merapi Lava Tour pada awal bulan Agustus lalu bersama Papa, Adik, sepupu, oom & tante bersama anak-anaknya. Perjalanan kami kali ini bisa dibilang cukup spontan, karena sebenarnya saat itu H-1 acara sumpah & pelantikan dokter saya. Sehingga kami benar-benar tidak tahu bagaimana mencari pemandu & hal lainnya seputar kegiatan ini.
Kami berangkat dari hotel di daerah Jl. Laksda Adisutjipto sekitar pukul 07:00 pagi & sampai di daerah wisata lereng Gunung Merapi di daerah Kaliurang sekitar 20 menit kemudian. Setelah melewati gerbang masuk daerah wisata Kaliurang (kebetulan petugasnya belum datang, jadi kami belum dikenai biaya masuk), kami menuju ke Tugu Udang. Jika bingung dimana lokasi Tugu Udang, tanya saja kepada penduduk sekitar.
Awalnya cukup kebingungan karena saat itu kami tidak tahu di mana mencari pemandu untuk kegiatan "Merapi Lava Tour" ini. Namun saat melihat di sekitar Tugu Udang, ternyata ada spanduk besar berisi informasi tentang Lava Tour tersebut. Ada nomor HP yang bisa dihubungi (karena saat itu kantornya tutup), sehingga Papa bisa langsung menghubunginya. Berhubung saat kami datang adalah hari kerja, sehingga kantornya tidak buka seperti saat akhir pekan yang cenderung lebih ramai pengunjung.
Tidak sampai 10 menit, akhirnya pemandu wisata kami datang & kami langsung pesan 2 mobil jeep dengan masing-masing mobil dipandu oleh 1 orang pemandu. Setelah mobil jeep siap, langsung saja kami duduk di mobil jeep & siap untuk berpetualang! Sebelumnya, kami membeli kuliner khas bernama Jadah Tempe ("jadah" artinya uli ketan, dengan tempe bacem sebagai lauknya).
Segar sekali rasanya pagi hari naik mobil jeep terbuka. Terbayang kan bagaimana dinginnya udara di lereng gunung? Walau agak dingin namun tetap menyenangkan karena dengan naik mobil jeep terbuka seperti ini kita bisa puas melihat pemandangan dari berbagai arah & menghirup udara segar sebebas-bebasnya. Saluran pernafasan rasanya jadi bersih.
Selama perjalanan, pemandu wisata kami menjelaskan bagaimana peristiwa erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 lalu. Kami ditunjukkan 1 desa yang habis terkena awan panas akibat peristiwa tersebut. Rumah-rumah tersebut hancur & kini tidak berpenghuni lagi, karena oleh pemerintah daerah setempat sudah dilarang untuk dijadikan pemukiman bagi penduduk. Sehingga para penduduk di daerah tersebut saat ini direlokasi ke hunian tetap yang lebih aman. Di beberapa lokasi ada yang tanahnya masih gersang karena belum ditanami lagi, tapi juga ada yang sudah ditanami kembali oleh beragam pohon.
Akhirnya kami tiba di lokasi pertama, yaitu Museum Mini Sisa Hartaku (MMSH). Museum mini ini pada dasarnya adalah salah satu rumah dari banyaknya pemukiman penduduk lereng Gunung Merapi yang terkena awan panas saat erupsi Merapi pada tahun 2010 lalu. Saat memasuki rumah tersebut, biasanya tour guide akan membawa pengunjung ke "Bukti Jam Erupsi".
Terdapat satu jam dinding tergantung pada salah satu dinding rumah, jam dinding ini merupakan salah satu barang yang tersisa di rumah ini. Pada awalnya, jam dinding ini layaknya jam dinding biasa pada umumnya. Lalu apa yang membuat jam dinding ini istimewa? Coba lihat jarum-jarum jam tersebut menunjukkan pada pukul berapa? Inilah waktu erupsi Merapi terjadi. Ketika awan panas dari erupsi Merapi mengenai rumah ini, seketika jam dinding pun berhenti berdetik. Inilah yang menjadi pengingat bagi penduduk sekitar & para pengunjung bahwa bencana alam tersebut memang telah terjadi, yaitu hari Jum'at, 5 November 2010 pada pukul 12:05 siang.
Selain "Bukti Jam Erupsi", masih ada barang-barang lainnya yang ada di MMSH sebagai bukti dari terjadinya awan panas erupsi Gunung Merapi. Cukup merinding dibuatnya, terlebih kalau membagaikan bagaimana saat peristiwa tersebut terjadi. Benar-benar kuasa Allah.
Setelah kunjungan singkat ke MMSH, kami kembali menaiki mobil jeep untuk melanjutkan perjalanan ke lokasi selanjutnya. Di pertengahan jalan kami sempat berhenti, karena pemandu wisata berinisiatif untuk mengambil foto saat kami berada di atas mobil jeep. Nah, cocok nih bagi yang suka difoto selama jalan-jalan (seperti saya). Anda tidak perlu khawatir atau merepotkan orang lain untuk minta difoto, karena para pemandu wisata akan siap mengambil foto melalui kamera atau gadget Anda.
Lokasi berikutnya semakin mendekat dengan Gunung Merapi, sehingga bisa lebih jelas melihat indahnya pemandangan di sana. Di lokasi ini biasanya dimanfaatkan oleh para pengunjung untuk berfoto, apalagi tempatnya juga sangat lapang sehingga bisa menjadi lokasi foto dari sudut manapun. Kami pun tidak mau ketinggalan untuk berfoto, sekaligus sebagai bukti sudah pernah menikmati kegiatan "Merapi Lava Tour" ini.
Di lokasi ini juga, pemandu wisata menunjukkan sebuah batu besar yang disebut "batu wajah" oleh penduduk sekitar. Batu ini adalah bongkahan batu besar dari guguran saat Gunung Merapi erupsi, yang jika dilihat dari salah satu sisi membentuk seperti wajah manusia. Wallahu'alam. Tapi sejak awal erupsi sampai sekarang batu tersebut dibiarkan apa adanya di sana.
Seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa pemandu wisata di sini akan merangkap menjadi fotografer pribadi Anda. Beberapa foto di bawah ini misalnya, semuanya adalah hasil foto dari pemandu wisata kami menggunakan smartphone pribadi saya. Tidak kalah kan hasilnya dengan fotografer lainnya. Terlebih didukung dengan langit yang sangat cerah & cahaya matahari yang mendukung. Bagus bukan? :)
Setelah puas foto-foto, kami melanjutkan perjalanan ke lokasi berikutnya yaitu bunker di daerah Kaliadem. Di sini juga ada beberapa warung kecil yang menyediakan minuman hangat maupun mie instan untuk mengisi perut yang kebetulan belum sarapan seperti kami semua ini. Selain sebagai lokasi pemberhentian untuk istirahat sejenak, ada cerita lain mengenai bunker yang ada di sini. Yaitu kisah tentang 2 orang relawan yang terperangkap di dalam bunker saat menyelamatkan diri dari erupsi Gunung Merapi tahun 2010 lalu. Namun sayang, karena bunker tersebut dibangun bukan untuk perlindungan diri bagi manusia, akhirnya kedua relawan tersebut meninggal dunia.
Lokasi terakhir yang kami kunjungi adalah sebuah sungai yang sebelumnya kami lewati lewat atas jalan saat menuju lokasi pertama. Sungai ini memang sengaja dijadikan lokasi penutup dari rangkaian "Merapi Lava Tour" ini. Di sini ada 2 jalur sungai yang bisa dilewati oleh mobil jeep, yaitu jalur yang airnya lebih dangkal & jalur dengan air yang lebih deras arusnya. Namun berhubung kami membawa anak kecil & tidak membawa baju ganti, akhirnya kami memilih jalur pertama yang tidak terlalu ekstrim untuk berbasah-basah. Walaupun jika duduk di depan tetap jadi basah kuyup sih..
1. Hindari akhir pekan, hari libur, atau musim liburan sekolah
Jika ingin menikmati kegiatan "Merapi Lava Tour" yang lebih santai & tidak terburu-buru, saya sarankan untuk menikmatinya saat hari kerja. Mengapa? Karena jika memilih untuk menikmati kegiatan ini saat akhir pekan, hari libur, atau musim liburan sekolah, Anda harus siap-siap dengan ramainya pengunjung sehingga waktu kegiatan pun kadang menjadi lebih singkat.
2. Berangkat lebih pagi
Dengan berangkat lebih pagi dari penginapan di Yogyakarta, tentu akan sampai di lokasi "Merapi Lava Tour" lebih awal. Sehingga tidak perlu berlama-lama mengantri. Selain itu juga untuk menghindari cuaca yang cukup panas jika berada di lokasi pada siang hari. Waktu yang disarankan adalah sebelum matahari terbit untuk menikmati sunrise di lereng Gunung Merapi, atau pagi hari seperti yang saya lakukan.
3. Pakai jasa pemandu wisata setempat
Kalau tidak salah, sebenarnya pengunjung bisa menyewa mobil jeep untuk dikendarai jika memang sudah mengetahui rute yang akan dilalui. Namun sebenarnya akan lebih disarankan untuk memilih paket sewa sekaligus dengan jasa pemandu wisata. Para pemandu wisata akan bertugas sebagai pengendara mobil jeep, pemandu, sekaligus fotografer pribadi.
4. Siapkan pakaian ganti jika berencana melintasi sungai
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, bahwa di akhir kegiatan "Merapi Lava Tour" ini kita akan dibawa untuk melintasi sungai dengan mobil jeep. Jika berencana untuk melintasi sungai dengan aliran air yang cukup deras, ada baiknya mempersiapkan pakaian ganti karena pasti akan basah kuyup setelahnya. Apalagi bagi yang duduk di bagian depan :)
5. Sunblock/sunscreen is a must!
Bagi yang memiliki wajah yang cukup sensitif terhadap sinar matahari seperti saya, jangan lupa ya untuk memakai sunblock atau sunscreen sebelum melakukan kegiatan "Merapi Lava Tour". Khususnya jika dilakukan pagi & siang hari, karena lokasi yang berada cukup tinggi sehingga sinar matahari pun akan lebih dekat mengenai kulit. Kebetulan saat saya pergi, saya lupa memakai sunblock sehingga saat pulang kulit wajah & tangan kemerahan terkelupas.
* * * * * * * * * *
Sekian cerita & tips saya seputar #JogjaTrip: Merapi Lava Tour. Semoga blog post ini bermanfaat & bisa menjadi salah satu pilihan destinasi wisata saat Anda berkunjung ke Yogyakarta.
Salaam,
IndahRP
12 comments
serunyaaaaaa..
ReplyDeletefoto2nyaa keren..!!
iyaaa seruuuu... makasih mba qiaaah :)
DeleteSuka banget liat foto2 keluarga yang gandengan di lereng miring :D Ide dari keluarganya Indah apa pemandunya lava tour Ndah? Seru yaaaa trip nyaaaa
ReplyDeleteItu yg arahin dari pemandunya sendiri.. pas lagi asik-asik foto dengan gaya seadanya, tiba-tiba pemandunya nawarin difoto dengan gaya begitu hihihi
DeleteOh iya, dan aslinya itu tempat ga ada miringnya sama sekali loh.. cuma kayak undakan batu-batu aja.. sungguh multitalenta sekali pemandunya :D
Deleteuhhh jalan"nya keceeehhhh mantap abis eeuuyy,,,, mupeng hehe... cip lanjut terus mbak blogger
ReplyDeleteMba. Bisa direkomendasikan operator tour/pemandunya? Makasih
ReplyDeleteItu di foto kedua dari yg paling atas ada spanduk yg ikut terfoto berisi CP pemandu yg saya pakai :)
DeleteFoto2nya lucuuu keren banget kompak, ala ala trick eye yah Indah, hehehe
ReplyDeleteItu ide dari guide nya langsung loh... kreatif yaa bisa ala ala trick eye gitu
Deleteseru juga ya kesana bareng keluarga. aku kesana tahun 2012 belum ada museumnya deh huhu cuma bisa ke rumah alm mbah marijan sama foto-foto di bebatuan yang lumayan terik hihihi
ReplyDeletekapan-kapan ke sana lagi yaa :)
Delete